Oleh Iva Muliani, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Reformasi perpajakan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
pada tahun 2002 sampai dengan akhir Februari 2009. Reformasi perpajakan
menitikberatkan pada tiga hal utama, yakni modernisasi administrasi
perpajakan, reformasi kebijakan, serta intensifikasi dan ekstensifikasi.
Hasil yang telah dicapai dari reformasi perpajakan memberikan banyak manfaat bagi Wajib Pajak. Salah satunya adalah konsep one stop service, yaitu pelayanan oleh petugas Account Representative. Manfaat lainnya yang tak kalah bermanfaat adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan e-filing, e-SPT, e-registration, dan pembentukan call center.
Reformasi perpajakan ini ditutup dengan Sunset Policy sebagai implementasi dari ekstensifikasi perpajakan.

Apa perbedaan antara reformasi dan
transformasi? Apa itu transformasi organisasi? Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, reformasi adalah perubahan secara drastis untuk
perbaikan dalam suatu masyarakat atau negara yang umumnya istilah ini
dipergunakan dalam bidang sosial, politik dan agama.
Sedangkan
transformasi adalahperubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb). Namun
demikian, transformasi organisasi yang diusung oleh DJP lebih bermakna
pada perbaikan secara terus menerus atas semua lini proses bisnis yang
ada di DJP.
Pada prinsipnya, transformasi organisasi merupakan perubahan yang
sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi sebagai respon dari perubahan
lingkungan. Menurut Lawrence M. Miller, pengarang “Getting to Lean – Transformational Change Management”,
ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan transformasi,
yakni: perubahan lingkungan ekstern seperti ketentuan yang berlaku,
teknologi, dan ekonomi; organisasi sebagai sebuah sistem besar; dan
setiap sub sistem harus paralel.
Contoh sederhana dari transformasi atas
perubahan lingkungan adalah pembangunan loket jalan tol. Pada awalnya,
loket masuk tol hanya dibangun beberapa, kemudian ditambah jumlahnya,
dibangun dengan posisi miring, dan sekarang sudah adanya e-toll, yang kesemuanya dilakukan untuk memenuhi peningkatan demand pengguna jalan tol.
Seperti diketahui, teknologi dan informasi sekarang berkembang
dengan sangat cepat. Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah
tidak asing lagi dengan internet dan menjadikan internet sebagai
kebutuhan tidak hanya untuk mencari informasi tetapi juga untuk
melakukan bisnisnya. Beberapa organisasi atau bisnis di Indonesia telah
berhasil melakukan transformasi organisasi untuk merespon kemajuan
teknologi informasi yang ada.
PT. Telkom Indonesia yang telah
menggulirkan transformasi sejak tahun 2009. Hal ini ditandai dengan
perubahan logo PT. Telkom Indonesia yang sekaligus merupakan perubahan
mendasar bisnis PT. Telkom dari bisnis informasi dan komunikasi menjadi
bisnis telekomunikasi, informasi, media dan edutainment (TIME). Tagline “The World in Your Hand” memperkukuh transformasi yang dilakukan PT. Telkom Indonesia.
Pada tahun 2014, PT. Telkom Indonesia menambahkan layanan pada
bisnisnya, mengubah TIME menjadi TIMES. Keberhasilan ini dilakukan
dengan menerapkan “The Telkom Way 135” sebagai budaya
organisasi yang harus disepakati semua karyawannya.
Pola 1-3-5 itu
sendiri berarti 1 (satu) Asumsi Dasar; 3 (tiga) Nilai Inti yang
mencakup Customer Value (Nilai Pelanggan); Excellent Service (Pelayanan yang Sempurna); dan Competent people (Orang-orang yang kompeten); serta 5 (lima) langkah perilaku untuk memenangkan persaingan, yang terdiri atas Stretch The Goals; Simplify; Involve Everyone;Quality is My Job; dan Reward the Winners.
Organisasi lain yang juga berhasil melakukan transformasi organisasi
adalah Garuda Indonesia dan PT. KAI. Garuda Indonesia berhasil
bertransformasi dari sebuah airline yang mendekati kebangkrutan menjadi World Best Airline versi
Skytrax.
Setelah melakukan transformasi organisasi, PT. KAI berhasil
meningkatkan pendapatan dari 3 triliun menjadi 7 triliun rupiah. Bagi
para pengguna kereta api, hal ini dapat dirasakan dengan kemudahan untuk
mendapatkan tiket kereta baik melalui railbox, drive thru, tap-Izy, dan online dariwebsite PT. KAI.
Meskipun, pada umumnya transformasi organisasi dilakukan oleh sektor
privat, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi sektor publik
untuk melakukan transformasi organisasi, termasuk DJP. Perubahan
lingkungan inilah yang harus segera disikapi dengan tepat oleh DJP. DJP
harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi
tersebut.
Setelah keberhasilan dari Reformasi Perpajakan, kini DJP akan
meneruskan tongkat estafetnya pada transformasi organisasi. Sesuai
dengan tugas utama DJP sebagai institusi yang bertanggungjawab atas
pengumpulan pajak dengan penerimaan sebagai tolak ukur yang utama, DJP
perlu melakukan perubahan secara mendasar atas strategi
untukmeningkatkan kesadaran wajib pajak atas kewajibannya membayar
pajak. Dengan demikian, target penerimaan DJP setiap tahunnya dapat
dicapai.
Dalam transformasi organisasi, hal tersebut diimplementasikan dalam
16 inisiatif yang pada prinsipnya merupakan kelanjutan dari Reformasi
Perpajakan. Salah satu contohnya adalah inisiatif 12 tentang call center.
Target pada Reformasi Perpajakan adalah terbentuknya call center, sedangkan peningkatan kapasitas call center merupakan
target dalam transformasi organisasi. Penerapan 16 inisiatif tersebut
diharapkan dapat mengubah paradigma pegawai pajak mengerjakan sesuatu
yang berorientasi pada outcome.
Sebagai contoh adalah pegawai pajak
tidak terpaku pada berapa banyak surat himbauan yang dikeluarkan tetapi
berapa besar penerimaan yang diterima dari surat himbauan yang
diterbitkan.
Namun demikian, apabila kita melihat dari kesuksesan PT. Telkom
Indonesia, komitmen dari para pegawai merupakan modal untuk sukses
melakukan transformasi organisasi.
16 inisiatif yang telah direncanakan
tidak akan memberikan hasil yang maksimal apabila tidak didukung secara
total oleh semua jajaran dalam organisasi khususnya pegawai. Perlu
diketahui bahwa pegawai adalah aset terpenting organisasi. Pegawai
merupakan agen dari perubahan.
Mari bertransformasi untuk kemajuan DJP.
Referensi:
- Direktorat Jenderal Pajak. Siaran Pers 22 Juni 2009.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia.
- Laporan Tahunan 2012 PT. Kereta Api Indonesia.
- Miller, M. Lawrence. “Transformational Change vs. Continuous Improvement”.http://www.industryweek.com/change-management/transformational-change-vs-continuous-improvement; 14 Mei 2013.
No comments:
Post a Comment